Sunday 29 September 2013

Posted by Unknown on 04:00 1 comment
GLOBALISASI GERUS NILAI-NILAI PANCASILA



Disusun Oleh :
Nama              : UPIK PARANITA
NIM               : 13.11.7176
Kelompok      : I
Jurusan          : S1-TI
Dosen            : Junaidi
TUGAS AKHIR

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
2013
ABSTRAK

Secara etimologis pancasila berasal dari bahasa sansekerta dari india (bahasa kasta Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalaha bahasa prakerta.
Perkataan pancasila mula-mula terdapat dalam kepustakaan budha di india. Ajaran Budha bersumber pada kitab suci tri pritaka, terdiri atas tiga macam buku besar yaitu: Sutta Pitaka, Abhidama Pitaka dan Vinaya Pitaka. Dalam ajaran budha terdapat ajaran moral untuk mencapai nirwana dengan melalui samadhi, dan setiap golongan berbeda kewajiban moralnya.
Pandangan hidup suatu bangsa adalah masalah pilihan, masalah putusan suatu bangsa mengenai kehidupan bersama yang dianggap baik. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, berarti bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itu dijadikan tuntunan dan pegangan dalam mengatur sikap dan tingkah lsaya manusia Indonesia dalam hubungannya dengan Tuhan, masyarakat dan alam semesta. Pancasila sebagai dasar Negara, ini berarti bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dijadikan dasar dan pedoman dalam mengatur tata kehidupan bernegara seperti yang diatur dalam UUD.
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah, Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia.
Globalisasi adalah fenomena dimana batasan-batasan antar negara seakan memudar karena terjadinya berbagai perkembangan di segala aspek kehidupan,khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.Dengan terjadinya perkembangan berbagai aspek kehidupan khususnya di bidang iptek maka manusia dapat pergi dan berpindah ke berbagai negara dengan lebih mudah serta mendapatkan berbagai informasi yang ada dan yang terjadi di dunia.
Bangsa dan negara Indonesia tidak bisa menghindari akan adanya tantangan globalisasi,dengan menjadikan pancasila sebagai pedoman dalam menghadapi globalisasi bangsa Indonesia akan tetap bisa menjaga eksistensi dan jatidiri bangsa Indonesia.
Dan dengan adanya pendidika pancasila saya harap para pemuda penerus bangsa ini tidak  melupakan nilai-nilai pancasila dan tidak terpengaruh dengan budaya luar yang akan mempengaruhi nilai-nilai budaya di Indonesia yang telah turun termurun di wariskan oleh pendahulu kita.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

                 Dengan adanya globalisasi mungkin ada pengaruhnya terhadap implementasi nilai – nilai pancasila dalam kehidupan. Implementasi nilai – nilai Pancasila yang terdapat dalam kehidupan meliputi implementasi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,implementasi nilai – nilai Pancasila dalam Reformasi Agraria dapat meningkatkan ketahanan pangan, implementasi nilai – nilai Pancasila dalam menumbuhkembangkan kesadaran masyarakat, serta bagaimana pandangan dan usulan terhadap pengambangan nilai – nilai Pancasila.
Di era globalisasi, banyak aspek-aspek yang mengalami perkembangan yang signifikan. Perkembangan yang terjadi tentunya membawa suatu kemajuan bagi segala aspek yang mendapat dampak adanya globalisasi. Sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor   pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. (Menurut Edison A. Jamli dkk. Kewarganegaraan.2005)
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa. Dengan adanya globalisasi yang mulai mempengaruhi dan masuk ke lingkup nasionalisme, maka diperlukan adanya suatu tindakan preventif dan filtrasi yang dipandang ampuh dalam meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh pengaruh globalisasi yang kini mulai mengikis semangat nasionalisme.

1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat diketahui rumusan masalah sebagai berikut :
1)            Bagaimana pengaruh globalisasi terhadap nilai-nilai pancasila ?
2)            Apa yang menyebabkan globalisasi memudarkan semangat nasionalisme ?
3)            Bagaimana peran pendidikan Pancasila dalam menghadapi pengaruh globalisasi atau pergeseran nilai ?


1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1)             Untuk mengetahui pengaruh globalisasi terhadap nilai-nilai pancasila
2)             Untuk mengetahui penyebab pudarnya semangat nasionalisme akibat globalisasi
3)             Mengetahui peranan Pancasila dalam menghadapi pengaruh globalisasi
4)             Agar pembaca dapat mengambil pedoman dari nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dalam menghadapi pengaruh Globalisasi.











BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai-Nilai Pancasila
Perkembangan teknologi di masa kini yang semakin canggih yang seringkali menyebabkan pergeseran norma-norma yang berlsaya di masyarakat.  Masyarakat telah memasuki fase baru di mana nilai-nilai baru lahir akibat proses kemajuan ilmu teknologi dan informasi.  Globalisasi telah menimbulkan dampak diberbagai bidang, khususnya dalam bidang sosial budaya. Pengaruh positif dari globaliasasi adalah kompetisi/atau persaingan. Persaingan sehat akan memacu kerja keras dan kedisiplinan, kita bisa mengadobsi ilmu pengetahuan dan teknologi secara luas, bebas dan terbuka dari negara lain yang sudah lebih maju untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa. Kemudian pengaruh negatif dari globalisasi dalam aspek sosial budaya yakni,  munculnya sikap individualisme yang melunturkan sikap toleransi dan norma sosial. Sikap individualisme ini menyebabkan masyarakat tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa. Padahal, jati diri bangsa kita yang terdapat pada Pancasila salah satunya mengutamakan persatuan dan kesatuan, menghapus perbedaan dengan tujuan menyamakan visi misi. Realita yang dapat dilihat di masa ini adalah banyaknya konflik-konflik etnik/suku seperti yang terjadi di Papua, Poso, dan Aceh. Dilihat dari adanya konlik-konflik etnik yang terjadi di Indonesia, memunculkan pertanyaan; “Hilangkah pemahaman akan nilai Pancasila? Lupakah akan slogan Bhineka Tunggal Ika?”.  Pengaruh negatif berikutnya adalah buruknya mental pada generasi muda. Generasi muda/remaja masa kini lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, Remaja kini lupa akan ikrar Sumpah Pemuda. Remaja masa kini cenderung lebih mengadobsi budaya Barat, tidak punya sopan santun. Hal lain yang banyak menyita perhatian adalah hilangnya moral, dan rasa kemanusian pada remaja, hal ini dibuktikan dengan adanya tawuran/tindakan anarkis antar pelajar, tindakan asusila, kekarasan remaja dan lain sebagainya. Pada dasarnya sikap atau tindakan yang diperbuat wujud dari kepribadian atau moral sesorang, sejak dari mengenyam bangku Sekolah Dasar kita sudah diajarkan tentang Pendidikan Moral Pancasila. Pertanyaannya, mengapa saat ini di lembaga-lembaga formal mengeliminasi atau mensubtitusi Pendidikan Moral Pancasila?
Di sisi lain era globalisasi terdapat berbagai macam budaya dan Ideologi dari Negara lain yang masuk ke Indonesia, dan sebagian besar budaya itu telah menjalar kepada bangsa Indonesia, contohnya  ideologi fundamentalisme dan liberalisme. Fundamentalisme adalah sebuah gerakan dalam sebuah aliran, paham atau agama yang berupaya untuk kembali kepada apa yang diyakini sebagai dasar-dasar atau asas-asas. Golongan fundamentalis adalah golongan yang melaksanakan hal yang sangat fundamental atau mendasar. Gambaran yang bisa kita lihat dari adanya faham ini adalah, golongan yang bertindak anarkis yang mengatasnamakan agama atau kepercayaannya itu benar adanya, keanarkisan ini dipicu karena golongan lain dianggap tidak sesuai dengan faham yang dianutnya.
Masih basah dalam ingatan kita di mana media cetak dan media elektronik menyampaikan informasi pada masyarakat tentang organisasi yang bernamakan Front Pembela Islam (FPI). Insiden Monas adalah istilah yang digunakan oleh media dalam pemberitaannya mengenai “serangan” FPI  yang dilancarkan pada Aliansi Kebangsaan Untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) di Monas pada 1 Juni 2008, tepat pada hari kelahiran Pancasila. Insiden ini bermula ketika AKKBB akan menggelar aksi di Monas, Jakarta, pada 1 Juni 2008 namun belum lama aksi dimulai, kumpulan masa AKKBB diserang oleh masa beratribut FPI. Massa FPI memukuli anggota Aliansi Kebangsaan dengan berbagai cara. Munarman sebagai ketua Laskar Islam menyatakan bahwa penyerangan itu dilsayakan karena aksi ini merupakan aksi kelompok pendukung Ahmadiyah, dan bukan untuk peringatan hari Pancasila (http://id.wikipedia.org/wiki/Insiden_Monas). Insiden tersebut dinilai bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila atau nilai kemanusian, dapat kita ketahui bagaimana faham seperti itu bisa berdampak negatif pada bangsa Indonesia. Apapun alasannya, jika tindakan itu berwujud kekerasan dan merugikan orang lain pastilah bertentangan dengan norma dan nilai Pancasila. Pristiwa atau insiden tersebut dapat dicegah bila saja di antara du golongan itu bisa lebih memahami makna Pancasila, dengan musyawarah dan diskusi perbedaan yang dialami akan menemukan titik temu.
Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama. Singkatnya liberalisme adalah sesuatu yang bebas, mengarah pada hak kebebasan manusia. Contoh: golongan yang setuju atau pro dengan hubungan atau perkawinan sesama jenis.
Adanya fenomena ini dirasakan nilai Pancasila memudar, Pancasila tidak lagi dianggap sebagai dasar hukum dan landasan norma-norma bagi bangsa Indonesia. Nasionalisme dan jiwa Pancasila bangsa tidak lagi sesolid dan seteguh pada masa sebelumnya. Globalisasi menjadi pemicu hilangnya kepribadian bangsa Indonesia itu sendiri, khususnya yang menyangkut tentang nilai dan ideologi Pancasila. Akibatnya, Indonesia mengalami krisis kesejahteraan,  krisis kedamaian, lupa akan identitas bangsa dan perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia terkikis digantikan dengan kebudayaan dari negara lain yang masuk ke Indonesia.
Pancasila di era Globalisasi mengambarkan situasi berikut, Pancasila menghadapi peperangan nyata tetapi tak selazimnya perang, peperangan yang dihadapi pada infiltrasi (peresapan atau penetrasi) budaya, pemikiran, perilsaya dan lain sebagainya yang bisa menghancurkan bangsa.

2.2 Penyebab Pudarnya Semangat Nasionalisme Akibat Globalisasi
          Disayai atau tidak saat ini semangat nasionalisme bangsa Indonesia semakin larut tergerus oleh arus globalisasi. Nasionalisme yang melekat pada bangsa Indonesia sekarang ini bisa dibilang (maaf) penuh dengan kepalsuan. Semangat nasionalisme yang dulu pernah berkobar di dalam jiwa bangsa Indonesia ketika melawan penjajah, nampaknya kini telah terkubur bersama jasad para pahlawan dan pejuang kemerdekaan. Kini tinggal puing-puing sejarahnya saja yang tersisa.
Nasionalisme yang ada pada bangsa Indonesia saat ini menurut saya sepertinya (ya maaf) sekedar teori yang di ajarkan di sekolah ataupun kampus. Atau terkadang dijadikan komoditas yang dijual lewat seminar-seminar, atau bahkan dijadikan komoditas pencitraan politik. Namun rasa nasionalisme itu belum benar-benar mendarahdaging dan menyatu dalam setiap jiwa bangsa Indonesia. Saya bukanlah seorang pengamat politik ataupun antropolog, tapi saya melihat semangat nasionalisme bangsa Indonesia sekarang ini penuh dengan syarat, alias masih kurang ikhlas. Tentu saja saya tetap berkeyakinan pasti masih ada diantara bangsa ini yang tetap memegang teguh semangat nasionalisme sejati. Mungkin sebagai contoh dalam hal ini adalah para TNI yang dengan sungguh-sungguh mengabdi kepada NKRI.
Mengapa saya katakan semangat nasionalisme bangsa Indonesia saat ini penuh dengan kepalsuan? Apa itu tidak berlebih-lebihan? saya pikir tidak ada yang dilebih-lebihkan, karena jujur saja itulah kenyataan pahit yang harus kita akui bersama . Mari kita renungkan kembali bersama. Katanya bangsa ini nasionalis, tapi coba hitung berapa banyak uang yang telah kita hambur-hamburkan untuk jalan-jalan di luar negeri atau membeli produk-produk buatan luar negeri. Dimanakah nurani bangsa ini ketika melihat kemiskinan yang masih merajalela, sementara dengan enaknya kita hidup dengan bergelimang kemewahan. Masihkah kita hafal bunyi Pancasila ideology bangsa ini, atau mungkin juga lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya? Terkadang kita justru lebih hafal lagu band atau penyanyi mancanegar ketimbang lagu kebangsaan negeranya sendiri. Itukah semangat nasionalisme bangsa ini? Hanya masing-masing kita sendiri yang bisa menjawabnya.
Perlu kita sadari bersama, semangat nasionalisme merupakan salah satu modal utama yang harus dimilikibangsa Indonesia dalam menghadapi ancaman-ancaman ketahanan nasional sebagai dampak negative globalisasi. Tanpa adanya semangat nasionalisme, maka akan timbul perpecahan dan disintegrasi bangsa Indonesia. Tanpa adanya semangat nasionalisme dalam setiap jiwa bangsa Indonesia, maka akan dengan mudah bangsa lain mengobrak-abrik bahkan menjajah kembali Indonesia. Tentu saja ini semua tidak kita inginkan terjadi, walaupun sebenarnya kini sudah mulai muncul tanda-tanda akan hal itu. Solusi bijak untuk keluar dari semua ini adalah kita bangsa Indonesia harusbangkit kembali dengan semangat nasionalisme yang lebih besar lagi, tentu semangat nasionalisme sejati. Semangat nasionalisme yang tulus ikhlas dari dalam hati, bukan karena inginkan sesuatu (imbal balik).
Dalam hal ini salah satu factor kuat yang terus mengikis nasionalisme bangsa Indonesia adalah globalisasi. saya tidak bermaksud mengkambinghitamkan globalisasi. Tapi ini kenyataan yang memang harus kita sadari. Globalisasi menurut saya bisa diumpamakan seperti lumut hijau di pinggir kolam kita. Sekilas memang membuat kolam menjadi nampak indah dan berwarna. Namun jika kita tidak berhati-hati justru bisa membuat kita terpelesat, atau bahkan tercebur ke dalam kolam itu. Maka kita memang harus bijak dalam menyikapi adanya globalisasi.
Kembali lagi, apa buktinya globalisasi telah menggerus semangat nasionalisme bangsa Indonesia? Jika bertanya buktinya apa, menurut saya ada banyak sekali, yang meliputi antara lain:
=> Melalui Globalisasi mampu ada semacam proses doktrinasi kepada masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran seperti Negara-negara barat yang menganutnya. Tentu ini sebuah ancaman bagi kelangsungan ideology bangsa kita, yakni ideology Pancasila.
=> saya melihat kini semakin hilang rasa cinta bangsa ini terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri yang terus membanjiri Indonesia, seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut, dll. Kita juga lebih bangga ketika berbelanja di Mall semacam Carrefour dibandingkan berbelanja di pasar-pasar tradisional. Hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan pudarnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
=> Mayarakat kita khususnya para generasi muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia. Lihat saja bagaimana gaya hidup anak muda sekarang yang cenderung meniru budaya barat. Para generasi muda banyak yang terjebak arus negative globalisasi, sehingga berfikir kalau tidak berkiblat pada budaya barat bakalan ketinggalan zaman dan dianggap “nggak gaul”. Ini tentu sebuah peemahaman yang salah kaprah.
=> Berkembangnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antar sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa ini. Semua orang hanya berfikir akan dirinya sendiri dan acuh terhadap lingkungannya.
2.3 Peranan Pancasila Dalam Menghadapi Pengaruh Globalisasi\
Fenomena Globalisasi
Globalisasi adalah fenomena dimana batasan-batasan antar negara seakan memudar karena terjadinya berbagai perkembangan di segala aspek kehidupan,khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.Dengan terjadinya perkembangan berbagai aspek kehidupan khususnya di bidang iptek maka manusia dapat pergi dan berpindah ke berbagai negara dengan lebih mudah serta mendapatkan berbagai informasi yang ada dan yang terjadi di dunia.
Namun fenomena globalisasi ini tidak selalu memberi dampak positif,berbagai perubahan yang terjadi akibat dari globalisasi sudah sangat terasa,baik itu di bidang politik,ekonomi,sosial,budaya,dan teknologi informasi.
Berbagai dampak negatif terjadi dikarenakan manusia kurang bisa memfilter dampak dari globalisasi sehingga lebih banyak mengambil hal-hal negatif dari pada hal-hal positif yang sebenarnya bisa lebih banyak kita dapatkan dari fenomena globalisasi ini.

Pancasila Sebagai Pedoman Dalam Menghadapi Globalisasi
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang sudah ditentukan oleh para pendiri negara ini haruslah menjadi sebuah acuan dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara,berbagai tantangan dalam menjalankan ideologi pancasila juga tidak mampu untuk menggantikankan pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia,pancasila terus dipertahankan oleh segenap bangsa Indonesia sebagai dasar negara,itu membuktikan bahwa pancasila merupakan ideologi yang sejati untuk bangsa Indonesia.
Oleh karena itu tantangan di era globalisasi yang bisa mengancam eksistensi kepribadian bangsa,dan kini mau tak mau,suka tak suka ,bangsa Indonesia berada di pusaran arus globalisasi dunia.Tetapi harus diingat bahwa bangsa dan negara Indonesia tak mesti kehilangan jatidiri,kendati hidup ditengah-tengah pergaulan dunia.Rakyat yang tumbuh di atas kepribadian bangsa asing mungkin saja mendatangkan kemajuan,tetapi kemajuan tersebut akan membuat rakyat tersebut menjadi asing dengan dirinya sendiri.Mereka kehilangan jatidiri yang sebenarnya sudah jelas tergambar dari nilai-nilai luhur pancasila.
Dalam arus globalisasi saat ini dimana tidak ada lagi batasan-batasan yang jelas antar setiap bangsa Indonesia,rakyat dan bangsa Indonesia harus membuka diri.
Dahulu,sesuai dengan tangan terbuka menerima masuknya pengaruh budaya hindu,islam,serta masuknya kaum barat yang akhirnya melahirkan kolonialisme.pengalaman pahit berupa kolonialisme tentu sangat tidak menyenangkan untuk kembali terulang. Patut diingat bahwa pada zaman modern sekarang ini wajah kolonialisme dan imperialisme tidak lagi dalam bentuk fisik, tetapi dalam wujud lain seperti penguasaan politik dan ekonomi. Meski tidak berwujud fisik, tetapi penguasaan politik dan ekonomi nasional oleh pihak asing akan berdampak sama seperti penjajahan pada masa lalu, bahkan akan terasa lebih menyakitkan.
Dalam pergaulan dunia yang kian global, bangsa yang menutup diri rapat-rapat dari dunia luar bisa dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan kemajuan bangsa-bangsa lain. Bahkan, negara sosialis seperti Uni Soviet—yang terkenal anti dunia luar—tidak bisa bertahan dan terpaksa membuka diri. Maka, kini, konsep pembangunan modern harus membuat bangsa dan rakyat Indonesia membuka diri. Dalam upaya untuk meletakan dasar-dasar masyarakat modern, bangsa Indonesia bukan hanya menyerap masuknya modal, teknologi, ilmu pengetahuan, dan ketrampilan, tetapi juga terbawa masuk nilai-nilai sosial politik yang berasal dari kebudayaan bangsa lain.
Yang terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia mampu menyaring agar hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik dan sesuai dengan kepribadian bangsa saja yang terserap. Sebaliknya, nilai-nilai budaya yang tidak sesuai apalagi merusak tata nilai budaya nasional mesti ditolak dengan tegas. Kunci jawaban dari persoalan tersebut terletak pada Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara. Bila rakyat dan bangsa Indonesia konsisten menjaga nilai-nilai luhur bangsa, maka nilai-nilai atau budaya dari luar yang tidak baik akan tertolak dengan sendirinya. Cuma, persoalannya, dalam kondisi yang serba terbuka seperti saat ini justeru jati diri bangsa Indonesia tengah berada pada titik nadir.
Bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan tidak mengenal dirinya sendiri sehingga budaya atau nilai-nilai dari luar baik yang sesuai maupun tidak sesuai terserap bulat-bulat. Nilai-nilai yang datang dari luar serta-merta dinilai bagus, sedangkan nilai-nilai luhur bangsa yang telah tertanam sejak lama dalam hati sanubari rakyat dinilai usang. Lihat saja sistem demokrasi yang kini tengah berkembang di Tanah Air yang mengarah kepada faham liberalisme. Padahal, negara Indonesia—seperti ditegaskan dalam pidato Bung Karno di depan Sidang Umum PBB—menganut faham demokrasi Pancasila yang berasaskan gotong royong, kekeluargaan, serta musyawarah dan mufakat.
Sistem politik yang berkembang saat ini sangat gandrung dengan faham liberalisme dan semakin menjauh dari sistem politik berdasarkan Pancasila yang seharusnya dibangun dan diwujudkan rakyat dan bangsa Indonesia. Terlihat jelas betapa demokrasi diartikan sebagai kebebasan tanpa batas. Hak asasi manusia (HAM) dengan keliru diterjemahkan dengan boleh berbuat semaunya dan tak peduli apakah merugikan atau mengganggu hak orang lain. Budaya dari luar, khususnya faham liberalisme, telah merubah sudut pandang dan jati diri bangsa dan rakyat Indonesia. Pergeseran nilai dan tata hidup yang serba liberal memaksa bangsa dan rakyat Indonesia hidup dalam ketidakpastian. Akibatnya, seperti terlihat saat ini, konstelasi politik nasional serba tidak jelas. Para elite politik tampak hanya memikirkan kepentingan dirinya dan kelompoknya semata.
Dalam kondisi seperti itu—sekali lagi—peran Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara memegang peranan penting. Pancasila akan menilai nilai-nilai mana saja yang bisa diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan begitu, nilai-nilai baru yang berkembang nantinya tetap berada di atas kepribadian bangsa Indonesia. Pasalnya, setiap bangsa di dunia sangat memerlukan pandangan hidup agar mampu berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan pandangan hidup, suatu bangsa mempunyai pedoman dalam memandang setiap persoalan yang dihadapi serta mencari solusi dari persoalan tersebut .
Dalam pandangan hidup terkandung konsep mengenai dasar kehidupan yang dicita-citakan suatu bangsa. Juga terkandung pikiran-pikiran terdalam dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dicita-citakan. Pada akhirnya pandangan hidup bisa diterjemahkan sebagai sebuah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa yang diyakini kebenarannya serta menimbulkan tekad bagi bangsa yang bersangkutan untuk mewujudkannya. Karena itu, dalam pergaulan kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia tidak bisa begitu saja mencontoh atau meniru model yang dilakukan bangsa lain, tanpa menyesuaikan dengan pandangan hidup dan kebutuhan bangsa Indonesia sendiri.










BAB III
PENUTUPAN
                                                                                           
3.1 Kesimpulan
Di era globalisasi ini Pancasila sangat diperlukan sebagai pembatas agar kita dapat memilih mana budaya yang dapat di terima di Indonesia dan yang bermaanfaat dan mana yang seharusnya tidak di terapkan di Indonesia, semua itu juga didukung dengan kesadaran kita sebagai warga negara Indonesia untuk bisa menyikapi era globalisasi secara bijak agar dapat bermanfaat dan membuat bangsa Indonesia semakin maju dan berkembang.
Serta dengan menjadikan pancasila sebagai pedoman dalam menghadapi globalisasi bangsa Indonesia akan tetap bisa menjaga eksistensi dan jatidiri bangsa Indonesia.

3.2 Saran
Globalisasi memang tidak bisa dihindari. Jika kita menghindari justru akan menjadi manusia yang primitif lagi. Tetapi sebaiknya selektif terhadap pengaruh globalisasi. Dapat membedakan mana yang memberikan pengaruh baik dan mana yang memberikan pengaruh buruk bagi kita. Kita harus membekali diri dengan kepribadian yang kuat agar tidak mudah begitu saja terpengaruh dengan dampak negatif globalisasi. Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya terutama dengan memperkuat keimanan kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah cara terbaik untuk tidak mudah terpengaruh dari arus globalisasi.

Daftar Pustaka

1 comments:

  1. ya ampun..upik...makalahmu bagus banget...jadi iri....

    ReplyDelete